Sejarah penyebaran agama islam di Indonesia

Sejarah masuknya Islam ke Indonesia
dan kemudian berkembang pesat karena Indonesia adalah jalur
perdagangan, terutama di Barus dan Pasai. Para pedagang arab singgah ke
Indonesia untuk menawarkan barang dagangan berupa kain dan wewangian.
Selain menjual, mereka juga membeli barang dagangan disini untuk dijual
di negaranya. Mereka yang terlibat perdagangan saling menguntungkan
sehingga mulai akrab. Hal ini yang kemudian memudahkan para pedagang
Arab tersebut memperkenalkan agama Islam. Para penduduk di Pasai
menerima dan menyambut ajakan untuk masuk Islam tanpa paksaan. Dari
kedua wilayah tersebut, pada akhirnya Islam menyebar ke wilayah lain di
Indonesia, seperti diantaranya:
Wilayah penyebaran islam indonesia
- Pariaman, Sumatera Barat dimana pembawanya adalah Syekh Burhanuddin, seorang ulama Melayu.
- Gresik dan Tuban di Jawa Timur, pembawanya adalah Maulana Malik Ibrahim, seorang pedagang dan mubalig dari Hadramaut.
- Demak, Jawa Tengah, yang berperan dalam penyebarannya adalah Raden Patah bersama Wali Songo sebagai penasihatnya.
- Banten di Jawa Barat yang dipelopori oleh Fatahillah, seorang keturunan raja dari Samudra Pasai yang kemudian bergelar Sunan Gunung Jati.
- Palembang, Sumatera Selatan yang menyebarkan adalah Raden Rahmat, dimana dua bulan kemudian ia menyebarkan Islam ke Ampel, Jawa Timur.
- Banjar, Kalimantan Selatan dan Sukadana, Kalimantan Barat dipelopori oleh para mubalig dari Johor, Malaysia.
- Makassar, Sulawesi Selatan yang dibawa dan disebarkan oleh Datuk Ri Bandang dari Sumatera Barat.
- Ternate, Tidore, Jailole dan Bacau di Maluku Utara, diperkenalkan Islam oleh Syekh Mansur asal Arab dan Maulana Husain asal Gresik.
Selain dengan perdagangan, penyebaran
Islam dilakukan dengan jalan asimilasi atau menikahi penduduk lokal,
pembebasan budak dan gerakan para ulama untuk mendirikan pesantren.
Semua cara yang ditempuh menggunakan jalan yang damai, tanpa permusuhan
dan tidak ada perbedaan kasta.
Penyebaran Islam yang dianut para da’i
pada masa itu hampir seluruhnya bermodel sama. Perseteruan antara Demak
dan Majapahit adalah masalah kepentingan politik, tidak berhubungan
dengan penyebaran agama Islam. Dari perjuangan menyebarkan agama ini
dapat diambil hikmahnya, yakni kita harus selalu bersemangat dalam
menyebarkan ajaran-ajaran yang baik dengan cara yang baik pula. (iwan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar